I. Howto diagnose
1) Anamnesis
· Bercak yg berbeda dng warna kulit sekitarnya(lebih gelap-hyperpigmented- atau lebih terang-hipopigmented-)
· Bercak pada: terjadi di mana saja di permukaan kulit manusia, seperti: tubuh bagian atas, lengan atas, leher, kulit kepala yang berambut, muka/wajah, punggung, dada, perut (abdomen), ketiak (axillae), tungkai atas, lipat paha, paha, alat kelamin (genitalia), dan bagian tubuh yang tak tertutup pakaian.
· Disertai gatal
· Masa pubertas 10-17
· Sering berada di lingkungan yg lembab dan hangat
· Higienitas:kebiasaan mandi jarang
· Sering berkeringat
· Penurunan imunitas
· Malnutrisi
· Pengobatan steroid
2) Pemeriksaan fisik
· Ditemukan bercak/makula pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, kulit kepala yang berambut, muka/wajah, punggung, dada, perut (abdomen), ketiak (axillae), tungkai atas, lipat paha, paha, alat kelamin (genitalia)
· Pada kulit yang tidak berwarna coklat (untanned skin), lesi berwarna coklat terang. Pada kulit coklat (tanned skin), lesi berwarna putih. Pada orang yang berkulit gelap, terdapat makula coklat gelap. Beberapa lesi panu berwarna merah.
· Papulo vesikular dapat ditemukan namun jarang
3) Pemeriksaan penunjang
· Pemeriksaan flurosensi dengan lampu wood
Akan menunjukkan kuning keemasan pada lesi kulit
· Pemeriksaan sediaan langsung kerokkan kulit dengan KOH 20%
Terlihat hifa pendek dan spora2 bulat berkelompok
· Penemuan Histologis
Organisme yang menyebabkan panu berdiam/berlokasi di stratum corneum. M furfur dapat dideteksi dengan hematoxylin dan eosin (H&E) saja, meskipun pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) atau methenamine silver lebih dapat menegakkan diagnosis.
Pada kasus yang jarang, organisme dapat mencapai stratum granulosum, dan bahkan ditemukan di dalam keratinocytes. Epidermis menunjukkan akantosis dan hiperkeratosis ringan, dan suatu mild perivascular infiltrate tampak nyata di dermis
Tinea versicolor | Dermatitis seboiroika | vitiligo | Morbus hansen | ||
Makula Riwayat keluarga | Hipo pigment/ hiperpigment/eritem | Hipopigment + | Eritem/hipopigmentasi | ||
papul | + | - | + | ||
predileksi | di mana saja,terutama pada daerah yg banyak kelenjar sebasea | Seluruh tubuh yg mengandung melanosit | Lengan tungkai,wajah | ||
gatal | + | -/+ | |||
nyeri | _ | - | |||
anasthesi | - | - | + | ||
skuama | halus | - | + | ||
Pembesaran syaraf | - | - | + |
I. Wd
1) Definisi
Infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di kulit, skuama halus, disertai rasa gatal.bersifat kronis
2) Etiologi
· Malassezia furfur (dahulu dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan jamur lipofilik(memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan) yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia
o Oleh karena itu tinea banyak terjadi pada masa pubertas,dimana pada masa itu kelenjar sebasea lebih aktif dikarenakan pengaruh hormon seks(androgen)
o Tidak menular,karena memang sudah bagian flora normal tubuh
o Bersifat orpotunistik:normalnya sudah berada di tubuh namun akan menjadi patogen karena berbagai faktor antara lain
1) Endogen
Defesiensi imun,malnutrisi,cushing disease,genetik
2) Eksogen
Faktor suhu(panas,hangat),kelembababn udara,keringat(keringat /kulit yg basah menyebabkan stratum korneum melunak sehingga mudah dimasuki Malassezia furfur.)
3) Epidemiologi
· Pada remaja->karena kelenjar sebasea lebih besar dan banyak pada masa itu,sebum sendiri merupakan media baik bagi pertumbuhan malazeia furfur
· Lebih bnyk terjadi pada daerah beriklim panas-> dilaporkan sebanyak 50% di lingkungan yang panas dan lembab di kepulauan Samoa Barat dan hanya 1,1% di temperatur yang lebih dingin di Swedia.
4) Manisfestasi klinis
· Biasanya timbul makula dalam berbagai ukuran dan warna, dengan kata lain terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, berbentuk tidak teratur sampai teratur, berbatas jelas sampai difus, ditutupi sisik halus dengan rasa gatal (ringan), atau asimtomatik (tanpa gejala atau tanpa keluhan), dan hanya gangguan kosmetik saja. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.
· Keluhan gatal, meskipun ringan, merupakan salah satu alasan penderita datang berobat.
5) Patofisiologi
ma
malazia furfur/pitsirioum ovale memang sudah ada di tubuh sebagai flora normal,namun sewaktu-waktu dikarenakan beberapa faktor (lihat etiologi) menjadi menyerang tubuh atau patogen,menimbulkan lesi berupa makula yang dapat berbentuk hipopigmentasi dimana warna lesi lebih pucat dibanding kulit sekitar atau hiperpigmentasi dimana warna kulit lebih gelap dari sekitarnya.
saat jamur malazeia furfur yang masih dalam bentuk blastospora akan berkembang menjadi miselium,jamur akan mengoksidasi asam lemak dengan cara enzimatis(asam lemak itu sendiri digunakan untuk pertumbuhan jamur).oksidasi lemak itu akan menghasilkan asam dikarbosilat sebagai produk sampingannya.asam dirkabosilat akan menghambat enzim tironase yang berguna dalam pembentukkan pigmen di melanosit.akibatnya,pigmen tidak terbentuk menghasilkan lesi kulit dimana kulit yang terinfeksi lebih pucat dari sekitarnya.
panu tidak selalu menimbulkan gejala hipopigmentasi,terkadang dapat pula ditemukan lesi yang lebih gelap dari kulit yang tidak diserang(hiperpigmentasi).hal ini disebabkan M.furfur memicu pembesaran melanosom yang di buat melanosit pada lapisan basal epidermis.
walaupun jarang,panu dapat menimbulkan lesi papul.hal ini disebabkan reaksi perdangan oleh sistim perthanan imun tubuh dimana akan meningkatkan permebealitas kapiler.Akibatnya protein/eksudat dalam kapiler dermis akan keluar ke jaringan mebentuk tonjolan berisi benda padat (papul)
I. Manajemen
1. Suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai
sampo 2-3 kali seminggu. Obat ini digosokkan pada lesi
dan didiamkan 15-30 menit, sebelum mandi.
2. Salisil spiritus 10%
3. Derivat-derivat azol, misalnya: mikonazol, klotrimazol,
isokonazol, dan ekonazol
4. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
5. Tolsiklat
6. Tolnaftat
7. Haloprogin
8. Larutan tiosulfas natrikus 25% dapat juga digunakan,
dioleskan sehari 2x setelah mandi selama 2 minggu.
9. Jika sulit disembuhkan, ketokonazol sistimik dapat dipertimbangkan
dengan dosis 1x200 mg sehari selama 10 hari.
daftar pustaka
ilmu penyakit kulit kelamin(2008).fakultas kedokteran Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar